Hari
ini entah mengapa aku merasa melankolis. Semua kenangan masa lalu yang ku
rindukan hadir kembali. Bukan tentang masalah percintaan pribadiku yang aku
tidak tahu ujungnya hingga Allah benar-benar menunjukkan siapa jodohku. BUKAN. Ini
adalah tentang kedua orang tuaku. Diantara semua rasa melankolis ini semua
kenangan itu hadir bagai embun yang menambah kesejukan pagi ini.
Semua kata-kata terindah yang
ada di dalam kamus bahasa seluruh dunia rasanya sulit untuk membentuk semua
kenangan ini. Mungkin aku akan memulainya dengan “AKU SAYANG ORANGTUAKU”. Mereka adalah orang-orang terhebat yang Allah
takdirkan untuk menemaniku, menjagaku dan menyanyangiku. Rasanya memang tidak
ada orang tua yang tidak sayang dengan anak-anaknya. Kita memang tidak bisa memilih ingin menjadi anak
siapa, tetapi setidaknya kita memiliki pilihan akan sebagai seorang anak apa
kita akan menjadi. Seorang anak baik, anak yang cerdas, anak yang berbakat atau
malah menjadi seorang anak yang pembangkang bagi orang tuanya. Iya itu adalah
pilihan.
Aku memilih menjadi anak yang
membanggakan bagi mereka. Klise memang, tetapi setidaknya itu adalah salah satu
tujuanku. Aku sangat tahu bagaimana perjuangan kedua orangtuaku untuk
membimbing anak-anaknya, mengajarkan kedisplinan. Ayahku hingga detik ini telah berhasil
menyekolahkan kedua anaknya hingga jenjang pendidikan sarjana. Ini adalah
sebuah prestasi hebat. Bahkan sangat hebat untuku dan keluarga kecil ini. Perjalanan
ini tidak mudah. Penuh kerikil tapi Allah selalu ada untuk kami. Alhamdulillah.
Teringat ketika belasan tahun
silam, Ayahku selalu mengantar aku dan kakaku dengan sepeda motor vespa
miliknya. Dari SD hingga SMP aku selalu berada satu sekolah dengan kakakku. Saat
itu aku belum mengerti benar apa itu arti perjuangan Ayahku. Kalaupun aku
memang berprestasi itu karena aku hanya ingin cerdas dan tidak ingin kalah
dengan temanku yang lain. Keadaan itu berubah ketika aku duduk di bangku SMA. Aku
ingat ketika musim hujan beberapa tahun yang lalu Ayahku mengantarku ke sekolah
dengan sepeda motornya yang kini sudah bukan vespa lagi. Saat itu hujan deras. Aku
merasa tak tega dengan Ayahku yang kehujanan dan setelah itu harus melanjutkan
bekerja. Aku ingat ketika tak terasa aku menangis namun langsung terhapus oleh
air hujan. Sejak saat itu aku
benar-benar mengerti apa arti perjuangan dan pengorbanan. Sejak saat itu aku berjanji
pada diriku sendiri aku akan selalu menjadi yang terbaik untuk mereka. Aku akan
berusaha menjadi anak yang membanggakan untuk mereka. Ya Allah, aku sayang mereka. Izinkan aku untuk
dapat membuat mereka bahagia. Aamiin.. :) :) :)